Day 365 of 365, I swear I lived


I, I did it all. I owned every second that this world could give. I saw so many places, the things that I did. With every broken bone, I swear I lived. – I lived.

Sampai juga ya dipenhujung tahun. 465 hari dipisahkan 6,592 mil jauhnya dari sesuatu yang aku sebut ‘rumah’. Papa mama yang selalu excited mengajak ngobrol sampai malam. Kakak abang adik2 yang selalu siap mendengarkan ceritaku in person. Kamar yang nyaman. Kucing lucu yang sering ku jumpai di jalanan. Mesjid Raya yang cuma berjarak 5 minutes walking dari rumah. Burger dan eskrim enak di depan Mesjid. Vario merahku (halo vario!). Teman2 masa kecilku sampai SMA. Haa, aku rindu kota kecil itu, aku rindu masa2 remaja.

Terus, apa kabar sekarang? Tahun ini? Aku benar- benar hidup sendiri. Komunikasi yang susah karena timezone yang berbeda. Hmm berhubungan virtual itu memang ga seru ya, orang2 akan punya kesibukan masing2. Tapi, mungkin adanya jarak ini akan mengajarkanku lebih lagi tentang rasa rindu dan memiliki. Memiliki keluarga dan orang- orang yang selalu bisa diandalkan.

Anyway, 2019. Hmm tahun yang sangat berat, menantang, menyedihkan, menyakitkan, melelahkan, mengecewakan, penuh kebohongan, penolakan dan sandiwara (wkwk). Tapi juga, menyenangkan, mendewasakan, menyadarkan, penuh petualangan, penerimaan dan pembayaran. Tahun aku belajar mengikhlaskan dengan benar2 ikhlas. Apapun itu. Apapun. Tahun aku belajar mengendalikan diriku ketika dunia benar2 sudah sangat gila. Tapi tahun ini juga sepi, karena lebih dari setahun ga pulang ke Indonesia. Aku rindu manusia2 di sana :D. Dan juga sepi, karena aku kehilangan teman berbagi yang intimate. Tapi karena itu, aku sadar, at the end of the day, I have to come home to myself. Desy, kamu sudah dewasa, kamu lulus!

My magic word this year, I always ask this question every single day to myself, “How have you been coping?" dan ini akan men-trigger ku untuk ber-contemplate dan aku tau, aku berhasil sampai sejauh ini. So, jangan pernah berhenti Des!

Comments